Senin, 14 Juli 2014
ULAMA DUNIA:PEMIMPIN yang taat.Diceritakan, suatu hari ada seorang shalih diminta untuk memasak sesuatu yang enak oleh pimpinannya. Orang itu pun menuruti semua keinginan pemimpin tersebut lalu segera mengantarkan langsung padanya. Ternyata, makanan tersebut sangat disukai pemimpinnya karena rasanya sangat nikmat. Maka pemimpin itu bertanya kepada tentang bahan makanannya. Orang shalih itu mengatakan bahwa makanan tersebut dibuat dari lidah.
Kemudian, pemimpin itu menyuruh kembali untuk membuat makanan yang tidak enak. Dia pun kembali ke rumah dan mulai menyiapkan semua bahan yang dibutuhkan untuk memasak dan dengan segera mengantarkannya pada pemimpin begitu masakan itu selesai. Dan, makanan tersebut dirasakan sangat tidak enak. Pemimpin itu lalu bertanya kembali kepada orang shalih tersebut tentang bahan makanan yang dibuatnya. Jawaban orang shalih itu sama, bahwa makanan tersebut terbuat dari lidah.
Berangkat dari kisah di atas, kita mengetahui bahwa lidah menjadi sumber kemuliaan, jika digunakan untuk mengeluarkan kata-kata yang bisa dinikmati pendengarnya. Di samping, lidah bisa menjadi sumber kehinaan, jika isinya kata-kata pahit di hati pendengarnya.
Lidah dapat menjadi sumber kemuliaan dan kehinaan. Lidah yang selektif dalam mengelola ucapan, diksi, dan kalimat ia akan selamat dari terkaman mulutnya sendiri. Lidah yang tidak pelit berucap dalam hal-hal yang kurang bermanfaat, akan menggelincirkan dirinya.
Begitu dalamnya arti ucapan dan peranannya bagi manusia, sehingga Baginda Nabi Muhammad menjadikan berucap baik sebagai ciri seorang mukmin. Ucapan seringkali dimaknai sebagai cermin muru'ah (integritas) seseorang. Ucapan kasar adalah cermin kepribadian yang kasar pula, begitulah sebaliknya.
Karena lidah, kedamaian dapat berubah menjadi perang tak ada habis-habisnya; persaudaraan berubah menjadi permusuhan tak berkesudahan, dan persatuan berubah menjadi perpecahan yang sulit disatukan. Gara-gara lidah yang tidak bertulang kerap terjadi saling cakar, tuduh, menjatuhkan, dan bermusuhan.
Seorang calon hakim agung ramai-ramai dihujat. Pada fit and proper test si calon hakim menyatakan bahwa korban pemerkosaan dan pelakunya sama-sama merasakan nikmat. Pernyataan yang meluncur dari “wakil tuhan” ini sontak membuat publik gregetan dan akhirnya membuatnya gagal.
Sebagian ahli hikmah berkata, “Lidahmu singamu. Jika kamu melepaskannya begitu saja, ia akan menerkammu. Jika kamu mampu menahannya kamu akan selamat darinya.” Jauh-jauh hari Nabi telah mewanti-wanti kita soal lidah ini. Rasul menobatkan lidah sebagai kendali. Beliau pernah menawarkan informasi mengenai sumber kemuliaan dan kehinaan seseorang. “Maukah kalian kuberitahu tentang kendali bagi semua itu?”
Tentu saja sebagai umat yang haus siraman informasi dari seorang nabi, sahabat meng-iya-kan tawaran nabi. Nabi kemudian memegang lidahnya dan berkata, “Jagalah ini.” Sahabat Mu`adz bertanya, “Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa karena ucapan-ucapan kita?” Beliau menjawab, “Celaka kamu. Bukankah banyak dari kalangan manusia yang tersungkur ke dalam api neraka dengan mukanya terlebih dahulu gara-gara buah ucapan lisannya?” (HR. Tirmidzi).
Paling tidak, ada empat keutamaan yang akan kita peroleh dari menjaga lidah. Pertama, dapat menjungkirkan kedigdayaan godaan setan yang merupakan musuh utama kaum beriman. Setan menguntit kelemahan dari lidah kita yang kadang mengeluarkan kata-kata tak pantas: bertutur kata yang sia-sia, mengingkari janji, mengutuk, dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda: “ Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena dengan demikian kamu dapat mengalahkan setan.” (HR. Thabrani).
Kedua, keutamaan menjaga dan mengendalikan lidah adalah akan ditutup aib dan keburukan kita oleh Allah SWT. Lidah yang tidak terkontrol membuatnya mudah mengucapkan segala hal tanpa mempertimbangkan dampak baik dan buruknya. Akibatnya, tanda disadari citra dirinya jatuh di mata manusia lalu terbongkar keburukan yang pada awalnya tersembunyi.
Ketika kita mampu mengendalikan ucapan yang keluar dari lidah, meskipun memiliki keburukan pribadi, Allah akan menutup aib kita rapat-rapat. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menahan lidahnya, pasti Allah menutup aurat (aib)nya.” (HR. Ibnu Abi Dun-ya).
Keutamaan ketiga menjaga lidah adalah memperoleh kunci surga. Sahal bin Sa`ad berkata bahwa Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang dapat menjaga lisan dan kemaluannya, maka aku jami orang tersebut masuk surga.” (HR. Bukhari).
Dalam kesempatan lain, beliau SAW pernah ditanya, “Ya Rasulullah, apakah gerangan yang menyebabkan banyaknya manusia masuk ke dalam neraka?” Beliau menjawab, “Yang menyebabkan manusia masuk ke dalam neraka adalah mulut dan kemaluan.”
Keempat, tercegah dari nyemplung ke api neraka. Banyak kiat yang bisa kita lakukan agar terhindar dari neraka, salah satunya, dengan selalu berbicara yang baik. “Jauhkanlah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma, jika kamu tidak punya, maka dengan perkataan yang baik.” (HR. Bukhari-Muslim).Ahmad fuadi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar