Selasa, 08 Desember 2015





melafadzkan kalimat لا اله الا الله محمد رسول الله (laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah) atau yang lebih dikenal dengann kalimat tauhid. Tapi selama ini kita hanya sebatas melafadzkannya dengan lisan tanpa dibarengi dengan kamantapan hati serta pengetahuan tentang makna dan hakekat kalimat tersebut. Padahal kalimat tauhid mengandung makna yang sangat dalam dan memberikan pengaruh yang luas bagi kehidupan manusia di dunia ini.
Kalimat laa ilaaha illallah terdiri atas nafyu “laa ilaaha” dan itsbat “illallah”. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Artinya seorang muslim tidak boleh hanya melafadzkan nafyu-nya tanpa itsbat atau sebaliknya hanya meng-itsbat-kan tanpa me-nafyi-kan.
Kalimat tauhid harus merupakan perkataan hati dan sekaligus perkataan lidah. Perkataan hati mencakup pengetahuan mengenai kalimat itu dan pembenarannya, mengetahui sebenar-benarnya apa yang dikandungya berupa penafsiaran dan penetapan, mengetahui hakekat sesembahan yang dinafikan selain Allah, mengetahui sesembahan yang dikhususkan kepada-Nya, dan yang lainnya mustahil ditetapkan sebagai sesembahan. Menerapkan pengertian ini dengan melibatkan hati sanubari yang didasari pengetahuan, ma’rifat, keyakinan dan kondisi adalah merupakan syarat diharamkannya neraka bagi orang yang mengatakannya. Di dalam shahih Muslim disebutkan sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah serta mengkufuri apa yang disembah selain Allah, maka diharamkan harta dan darahnya sedang perhitungannya ada pada Allah.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Hakekat laa ilaaha illallah adalah tidak ada kesenangan dan kenikmatan yang sempurna bagi hati kecuali dalam kecintaan kepada Allah dan bertaqarrub kepada-Nya dengan mengerjakan apa-apa yang dicintai-Nya. Kecintaan tak akan terjadi kecuali dengan berpaling dari kecintaan selain-Nya, sedangkan Muhammad Rasulullah adalah secara murni mengerjakan apa yang beliau perintahkan dan menahan dari apa yang dilarang dan dicegah beliau.”
Sedangkan Ibnu Qoyyim berpendapat: “Tauhid bukan sekedar pernyataan seseorang hamba bahwa tiada pencipta selain Allah, Allah adalah Rabb dan penguasa segala sesuatu, sebagaimana orang-orang yang menyembah berhala juga menyatakan seperti itu, tetapi tetap dalam kemusyrikan. Tauhid mengandung kecintaan kepada Allah, tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya, patuh sebenar-benarnya untuk taat kepada-Nya, memurnikan ibadah kepada-Nya, menghendaki pertemuan dengan wajah-Nya Yang Maha Tinggi dengan segenap perkataan dan perbuatan, memberi dan menahan, mencinta dan marah karena-Nya, serta menghindarkan diri dari segala sesuatu yang menyeret kepada kedurhakaan kepada-Nya. Barangsiapa mengetahui hal itu tentua mengetahui sabda Nabi: “Sesungguhya Allah mengharamkan api neraka atas orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah karena dengan ucapannya itu ia mengharap pertemuan dengan wajah-Nya.” Dan juga sabdanya: “Tidak masuk neraka orang yang mengatakan laa ilaaha illallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar